Posted by : Yasraf
Desember 12, 2012
Dalam banyak dokumentasi foto Bung
Karno, tidak sedikit yang menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu
memegang atau mengempit tongkat komando. Dalam hierarki kemiliteran,
posisinya sebagai Panglima Tertinggi, tentu saja merupakan hal yang
wajar jika ia sering terlihat memegang tokat komando. Sama seperti yang
sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima Kodam, Kapolri,
memegang tongkat komando.
Akan tetapi, tidak begitu dari
kacamata spiritual. Kalangan yang percaya hal-hal ghaib. Kalangan yang
percaya adanya kekuatan tertentu pada benda-benda keramat. Di antara
kalangan mereka, percaya betul bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah
sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti,
yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan, kayu yang dibuat sebagai tongkat
pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah
jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau
utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman
keramat. Nah, di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.
Ada begitu banyak jenis kayu
pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu
cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di
atas permukaan air. Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular
yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi
jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya
bukan pucang kalak. Pucang biasa, yang banyak tumbuh di seantero negeri.
Begitulah
sudut pandang mistis masyarakat spiritual terhadap tongkat komando Bung
Karno. Alhasil, tidak sedikit yang menghubungkan dengan besarnya
pengaruh Sukarno. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan kemampuannya
menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan
“kesaktian” Sukarno, sehingga lolos dari beberapa kali usaha pembunuhan.
Apa kata Bung Karno ketika itu?
“Ah… itu semua karena lindungan Allah, karena Ia setuju dengan apa-apa
yang aku kerjakan selama ini. Namun kalau pada waktu-waktu yang akan
datang Tuhan tidak setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan, niscaya
dalam peristiwa (pembunuhan) itu, aku bisa mampus.”
SUMBER KASKUS.COM